Kajian Pustaka Fenomena Tawuran
Kategori Tawuran
Menurut Zainuddin dan Nurdin (2013) saat melakukan penelitian tentang tawuran dalam kacamata pelaku menemukan kategori tawuran. Para pelaku terlibat tawuran dengan alasan yang terbagi atas tiga kategori, yaitu karena merasa terjebak pada situasi tawuran atau sengaja ditempat yang salah, rasa solidaritas atau ewuh pakewuh, dan karena ajakan senior. Selain itu,mereka mengakui bahwa tawuran adalah perilaku yang tidak baik dan tidak pantas mereka lakukan (tindakan dilematis), namun pelaku ikut tawuran karena merasa telah terjebak dalam tradisi tawuran.
Penyebab Terjadi Tawuran
Abdillah (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Dangdut dan Konflik sosial menegaskan bahwa terjadinya tawuran dapat disebabkan beberapa hal. Pertama, adanya sikap tidak terima atas tindakan pemukulan terhadap anggota kelompok (ekspresi rasa solidaritas). Kedua, adanya dendam pribadi yang memunculkan dendam kelompok, Ketiga, akibat dari sikap saling mencari gara-gara. Berbeda dengan Abdillah, dalam penelitian Asrofin (2018) saat melakukan penelitian perilaku menyimpang geng desa, dimana terjadinya tawuran disebabkan oleh adanya labelling darimasyarakat mengkibatkan genpocker melakukan penyimpangan sekunder. Walaupun demikian, Abdillah menegaskan bahwa terdapat aspek fungsi ketika tawuran terjadi. Pertama, terwujudnya solidaritas kelompok (balas dendam. Dua, mewujudkan sebuahpengakuan “kelompok terkuat”.
Menurut Aji (2017) dalam penelitiannya yang berjudul Kontrol Sosial Keluarga dan Kekerasan kolektif, Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa munculnya perilaku kekerasan pada seseorang disebabkan oleh dua hal yaitu keluarga (family effect) atau lingkungan ketetanggaan (neighborhood effect). Praktik-praktik dalam keluarga seperti kekerasan yang dilakukan orang tua menentukan kecenderungan anak untuk berperilaku agresif atau tidak. Pada sisi lain, dalam konteks lingkungan komunitas ketetanggaan dalam keseharian dengan kondisi yang buruk (misalnya padat, kumuh, dan miskin) munculnya kekerasan secara langsung yang disebabkan oleh pengaruh buruk lingkungan yang bersangkutan.
Menurut Ratnasari (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Konflik Antar Warga Desa, menemukan fungsi tawuran. Pertama, membangkitkan kepercayaan bagi para warga kedua belah pihak yang berkonflik. Kedaua, memfasilitasi dialog oleh pemerintah daerah, negosiasi, mediasi dan arbitrasi. Ketiga, ada pernyataan deklarasi damai pada tahap akibat serta pada tahap setelah terjadinya konflik dilaksanakan sosialisasi perjanjian deklarasi perdamaian.
Dampak Tawuran
Menurut Solikha (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Fenomena Tawuran Antar Warga, menemukan dampak dari fenomena tawuran sebagai berikut. Pertama, rusaknya fasilitas umum dan harta benda. Kedua, rusaknya hubungan dan komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat konflik. Ketiga, adanya sikap dan perilaku negatif, kesehatan fisik dan psikis, sulit mencari pekerjaan, dan turunnya harga rumah dan tanah. Akan tetapi, yangperlu dikhawatirkan adalah berkurangnya rasa toleransi dan menghargai, perdamaian, dannilai-nilai kehidupan bagi setiap individu.
Kasus Tawuran di Lapangan
Satu siswa sekolah tersebut yang mengalami patah jari dan pergelangan tangan kanan. Satu pelajar yang menjadi korban, Senin 8 Agustus 2022, baru saja menjalani operasi pertama di rumah sakit. Selain itu, pihak sekolah juga merasa tidak menerima lantaran salah seorang siswanya dipukul oleh guru dari sekolah lain saat insiden tawuran terjadi (Sumber: https://muria.suaramerdeka.com)
Musik thong-thong lek awalnya dijadikan sarana penggugah waktu sahur. Namun tradisi tersebut mulai bergeser. Selain waktunya yang digelar tidak mendekati waktu sahur, kerap pula justru menjadi ajang minum minuman keras oleh segelintir oknum, sehingga rawan memicu keributan (Sumber: https://r2brembang.com)
Analisa Tawuran
Bagaimana melihat fenomena tentang perkelahian ramai-ramai atau yang disebut tawuran dalam sudut pandang sosiologi? Pertanyaan ini telah dikaji oleh Fitriana (2023) dalam penelitiannya yang berjudul Kekuatan Modal di Balik Tawuran Mahasiswa. Dalam penelitiannya, Fitriana menggunakan perspektif sosiologi klasik dan modern. Adapun fokus yang menjadi kajiannya adalah modal sosial yang menggerakkan tawuran.
Rujukan Tulisan
Abdillah, R. N.
(2014). Dangdut dan Konflik Sosial. Paradigma, 2(3).
Aji, D. S. (2017).
Kontrol sosial keluarga dan kekerasan kolektif: Studi kasus keterlibatan pemuda
dalam tawuran warga di Johar Baru, Jakarta Pusat. MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi,
159-184.
Asrofin, M. (2018).
Penyimpangan Geng Desa. Paradigma, 6(2).
Bourdieu, P.
(1998). Practical Reason On The Theory Of Action. Stanford
University Press.
Fitriana, R. (2023).
Kekuatan Modal di Balik Tawuran Mahasiswa. Sosiologis: Kajian Sosiologi Klasik,
Modern dan Kontemporer, 1(01), 70-76.
Haryatmoko. (2016).
Membongkar Rezim Kepastian: Pemikiran Kritis Post-Strukturalis. PT. Kanisius.
Ilyas al-Musthofa. Geger Tawuran Pelajar di Momen Gerak Jalan Agustusan di Rembang, Satu Masuk Rumah Sakit. https://muria.suaramerdeka.com/muria-raya/pr-074089512/geger-tawuran-pelajar-di-momen-gerak-jalan-agustusan-di-rembang-satu-masuk-rumah-sakit
Karlina, H., Sopian, A., & Fatkhullah, F. K. (2023). Analisis Pendidikan Moral Dari Perspektif Agama, Filsafat, Psikologi Dan Sosiologi. Naturalistic: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 7(2), 1699-1709.
Musa r2b. Tawuran Antar Pemuda Di Tengah Arena Thong-Thong Lek, Polisi Gelar Razia. Dalam https://r2brembang.com/2022/04/24/tawuran-antar-pemuda-di-tengah-arena-thong-thong-lek-polisi-gelar-razia/
Ratnasari, Y. (2019).
Konflik Antar Warga Desa: Analisis Simon Fisher Melalui Studi Kasus. SOSIOLOGI:
Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya, 21(1), 74-96.
Solikha, A. (2019).
Fenomena Tawuran Antar Warga. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 18(2), 225-241.
Zainuddin, K.,
Firdaus, F., & Nurdin, M. N. H. (2013). Mengapa Kami Tawuran? Tawuran dari
Kacamata Pelaku. Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 18(1),
77-88.
0 Response to "Kajian Pustaka Fenomena Tawuran "
Posting Komentar