BEREBUT EMAS HITAM DI PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT
www.mgmpsosiologijateng.com - Resensi Buku, Buku ini menyajikan ulasan etnografis dan antropologis tentang fenomena Pertambangan Minyak Rakyat (PMR) di kawasan Hargomulyo Bojonegoro Jawa Timur. Penulis dalam kapasitasnya sebagai peneliti etnografis berhasil menggambarkan secara detail sejarah dan dinamika perkembangan pertambangan minyak mulai dari aspek kepentingan ekonomi hingga dampak politiknya.
Secara historis, PMR Hargomulyo merupakan bagian dari sejarah kehidupan masyarakat di sana dengan lingkungannya. Antara 1942-1945, Jepang berhasil menguasai dan mengeksploitasi sumur minyak produktif di daerah Administrasi Kawengan, tetapi mereka tidak mengeksploitasi sumur minyak yang tidak produktif di Hargomulyo. Oleh warga Hargomulyo, sumur yang tidak produktif dianggap sebagai ladang minyak tak bertuan.
Dari sana kemudian, ditambah impitan ekonomi yang serba sulit karena lingkungan yang cocok untuk pertanian dan sulitnya mencari pekerjaan, membuat mereka berpikir untuk memanfaatkan sumur-sumur minyak. Warga melihat adanya ceruk ekonomi yang bisa dimanfaatkan, yang dalam perjalanannya justru menjadi ladang pekerjaan sekaligus penghasilan utama mereka. Awalnya dikelola secara tradisional dan perseorangan, lama-lama kondisinya menuntut penyatuan diri mereka ke dalam kelompok-kelompok penambang.
baca juga Hubungan Budaya Bekerja dengan Environment Niche dan Dampak Ekonomi-Sosial : NUGROHO TRISNU BRATA
Dari aspek ekonomi, aktivitas penambangan ini menghasilkan jumlah uang dalam hitungan miliaran rupiah, sebuah jumlah yang tidak sedikit untuk ukuran pertambangan rakyat yang dikelola secara tradisional oleh masyarakat Hargomulyo. Dan dampak yang dihasilkan dari aktivitas penambangan ini sangat memengaruhi kehidupan masyarakatnya. Secara struktural organisatoris misalnya, masyarakat di sana membentuk sejenis struktur organisasi kerja seiring dengan peningkatan usaha penambangan. Organisasi ini dapat dibilang sebagai strategi adaptasi mereka terhadap lingkungan kerja pertambangan.
Perkembangan selanjutnya juga mampu menarik modal dari luar daerah dan luar negeri secara ilegal dalam usaha mengelola sumur lama atau membuat sumur-sumur baru secara ilegal. Maka wajar jika terjadi konflik yang melibatkan aparat keamanan negara karena beberapa pihak ingin berkuasa atas lapangan PMR Hargomulyo, seperti kelompok penambang, investor, KUD, dan Pertamina.
baca juga Nugroho Trisnu Brata
Buku ini menarik dan membentangkan wawasan pembaca lebih jauh karena penulis menghadirkan sejarah konflik ekonomi-politik dan sisi kelam pertambangan di Indonesia pada umumnya. Di balik gemuruh mesin mobil penarik timba dalam aktivitas pertambangan minyak, ada narasi panjang terkait sejarah kapitalisme era kolonial, perjuangan rakyat mendapatkan sumber penghidupan, praktik monopoli, dan kontestasi atas sumber daya alam antara rakyat berhadapan dengan negara.
Penerbit Nurmahera dengan terbitan buku ketiganya ini masih konsisten menghadirkan karya-karya berbasis episteme sejarah Pantura, dari segala aspek dan khazanah kekayaannya. Buku ketiga ini patut mendapatkan apresiasi tersendiri, mengingat kedua terbitan sebelumnya, TRADISI AL-QUR’AN DI PESISIR: Jaringan Kiai dalam Transmisi Tradisi Al-Qu’ran di Gerbang Islam Tanah Jawa dan DUA ABAD JALAN RAYA PANTURA: Sejak Era Kerajaan Mataram Islam hingga Orde Baru, juga berbasis khazanah Pantura.
Akhirul kalam, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada penulis atas kesediaan memercayakan penerbitan karyanya ini kepada kami, dengan harapan dapat mengibarkan kemanfaatan bagi masyarakat Indonesia secara lebih luas.
Sumber Tulisan: Tulisan ini diambil dari bagian Pengantar Redaksi pada buku BEREBUT EMAS HITAM DI PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT ©Nugroho Trisnu Brata, Nurmahera, 2018, hal: v-vii dalam bagian Pengantar Redaksi
0 Response to "BEREBUT EMAS HITAM DI PERTAMBANGAN MINYAK RAKYAT"
Posting Komentar