Mencoba Bertahan di Tengah Keterbatasan Wilayah Pegunungan - SMA Negeri 1 Batur, Kabupaten Banjarnegara
Oleh: Novi Sulistriyani (novisulistriyanialazis@gmail.com)
Saat ini Corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi manapun, corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat saja, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa menyebabkan ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.. adanya covid 19 memberikan dampak yang luar biasa hampir pada semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan.
Dengan adanya virus covid-19 ini, proses pembelajaran menjadi berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh, tetapi dalam keadaan seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan kewajibanya sebagai pengajar, dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh informasi / ilmu pengetahuan untuk diberikan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer (PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.
SMA Negeri 1 Batur merupakan sekolah Negeri terkecil di Kabupaten Banjarnegara. Lokasinya berada di daerah tertinggi di Jawa tengah, yaitu di wilayah pegunungan Dieng. Siswa yang bersekolah di SMA Negeri 1 Batur pun terbatas hanya warga sekitar Batur dengan latar belakang ekonomi orang tua siswa yang sebagian besar adalah petani sayur, dan banyak diantara murid-muridnya juga bercita-cita untuk menjadi petani seperti orangtuanya.
Selama pandemi covid 19 secara otomatis Kegiatan Belajar Mengajar di SMA Negeri 1 Batur juga ikut terhenti. Sebagai pengajar, berbagai aktifitas di sekolah kami juga ikut terhenti. Namun sesuai dengan amanat profesi yang diberikan, berbagai cara dan upaya pelaksanaan pendidikan kepada siswa tetap kami lakukan.
Adaptasi Kebiasaan Baru juga diterapkan dalam pembelajaran, yaitu dengan system Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring / online. Pihak sekolah sudah merancang program Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sedemikian rupa yaitu dengan memanfaatkan aplikasi Google Classroom dan menggunakan platform media sosial berupa Whatsapp sebagai alternatif media penyampaian materi kepada peserta didik. Tujuannya adalah agar materi dan tugas bisa diakses dengan mudah oleh siswa (mengingat bahwa aplikasi ini sangat mudah digunakan dan tidak memakan banyak ruang di gawai).
Pada kenyataannya, dalam Pembelajaran Jarak Jauh sebagai alternatif pembelajaran dalam masa pandemi ini, masih memunculkan beberapa kendala yang muncul selama penerapannya. Beberapa kendala tersebut antara lain :
1. Kendala Koneksi Jaringan dari Provider
Banyak daerah di kawasan Batur hingga Dieng yang kurang terjangkau sinyal dari provider apapun, bahkan bisa dikatakan tidak bagus. Hal ini terjadi karena secara geografis banyak desa yang berada di bawah lembah dimana tidak terjangkau oleh sinyal karena terhalang perbukitan yang mengelilinginya.
Untuk bisa melakukan Pembelajaran Jarak Jauh ini, banyak siswa yang rela keluar rumah dan pergi ke tempat yang terjangkau sinyal ( pinggir jalan, naik ke tempat yang lebih tinggi atau pergi ke rumah temannya dengan jangkauan sinyal bagus)
Solusi lain untuk mengatasi hal ini, kami selaku pihak sekolah mempersilahkan anak-anak yang berasal dari daerah susah sinyal untuk datang ke sekolah dan melakukan pembelajaran online memakai jaringan wifi sekolah.
2. Ada beberapa anak yang tidak memiliki Hp / Laptop
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar wali murid adalah petani sayur, laptop dan smartphone bagi mereka terkadang adalah sebuah barang yang mewah dan tidak terjangkau untuk membelinya. Hal ini juga merupakan kendala lain bagi pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh yang diterapkan SMA Negeri 1 Batur.
Solusinya, bagi siswa yang tidak memiliki HP / laptop / computer untuk mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh maka pihak sekolah mempersilahkan mereka untuk datang ke sekolah selama jam pembelajaran dan mempergunakan laboratorium komputer untuk PJJ, tentu saja dengan pengaturan jarak dan protokol kesehatan.
3. Semangat Anak Yang Mulai “Lemot” Dalam Mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh
Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh pada pelaksanaannya ternyata kurang mengobarkan semangat belajar anak didik. Ketika tidak berada di sekolah dan hanya belajar jarak jauh dari rumah, banyak anak yang hanya muncul ketika waktu absen tetapi ketika pembelajaran dimulai dengan diskusi, tanya jawab maupun penugasan mereka menghilang.
Guru dalam kegiatan pembelajaran jarak-jauh juga mengalami kesulitan dalam memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, karena sedikitnya interaksi secara langsung dengan peserta didik. Selain itu bahan dan sumber belajar yang seharusnya menarik berkat kehadiran guru secara langsung dalam pembelajaran menjadi kurang menarik dan bermakna bagi para siswa, sehingga menurunkan minat siswa dalam pembelajaran.
Untuk mengantisipasi hal ini kami selaku pengajar sepakat untuk selalu memberikan dorongan motivasi dan mengurangi beban siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan cara mengambil penilaian bukan hanya dari absensi dan penugasan saja, tetapi juga melihat keaktifan mereka dalam memberikan komentar selama pembelajaran online berlangsung, dengan harapan siswa tidak terbebani dengan tuntutan kurikulum dan mampu menempuh pembelajaran dengan lebih berarti.
4. Keterbatasan Dana Untuk Membeli Paket Kuota
Dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh yang diterapkan SMA Negeri 1 Batur, banyak anak (dan bahkan orang tua) yang mengeluh kuota habis dan tidak bisa membuka Google Classroom. Sebab aplikasi ini cukup memakan kuota internet apabila digunakan dalam waktu yang cukup lama. Banyak dari mereka yang tidak mampu untuk membeli kuota tersebut dan sebagian bahkan hanya mampu membeli kuota chat yang lebih murah namun terbatas dalam penggunaannya.
Untuk mengantisipasi hal ini pihak sekolah memberikan bantuan kuota setiap 2 bulan sebanyak 6 GB selain itu guru mata pelajaran juga memberikan materi secara dobel, selain lewat Google Classroom juga melalui Whatsapp grup kelas. Tujuannya adalah agar tidak ada anak yang ketinggalan materi dengan alasan keterbatasan kuota atau sinyal tersebut.
5. Peran Serta Orang Tua
Kesadaran orang tua dalam mendukung anak belajar dirumah di lingkungan SMA Negeri 1 Batur bisa dikatakan sangat rendah. Hal ini mungkin terjadi karena latar pendidikan orang tua (yang juga rendah), rasa kewalahan bahkan tidak mampu mendampingi ketika anak anak sedang belajar atau mengerjakan tugas. Atau bahkan adanya anggapan dan persepsi negatif dari orang tua ini apabila anak di rumah dan memegang HP dalam waktu yang lama, dengan anggapan bahwa mereka sedang tidak belajar (nganggur). Hal inilah yang kemudian menjadikan orang tua untuk meminta anak untuk pergi membantu pekerjaan mereka di kebun atau ladang.
Untuk mengatasi hal khusus seperti ini pihak SMA Negeri 1 Batur (terdiri dari wali kelas dan guru BP) melakukan home visit untuk bertemu secara langsung dengan orang tua dan juga anak. Tujuannya adalah memberikan pemahaman bahwa pembelajaran saat ini memang dilakukan jarak jauh dimana guru dan siswa tidak bertemu secara langsung, tetapi menggunakan alat komuniasi seperti HP, laptop atau computer.
Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orangtua bahwa mendidik anak itu ternyata tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar. Sehingga dengan kejadian ini orangtua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak mereka dalam belajar. Setelah mendapat pengalaman ini diharapkan para orangtua mau belajar bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.
Hal yang harus kita syukuri pada pandemi covid-19 adalah begitu banyaknya pembelajaran, bukan hanya tentang upaya memutuskan rantai penularannya, tapi juga bagaimana anak-anak kita tetap belajar dan bagaimana sekolah-sekolah bereaksi memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar.
0 Response to "Mencoba Bertahan di Tengah Keterbatasan Wilayah Pegunungan - SMA Negeri 1 Batur, Kabupaten Banjarnegara "
Posting Komentar