Adaptasi Media Pembelajaran Baru di SMA Negeri Karangreja, Purbalingga
Oleh: Fitriana, S.Pd.
SMA Negeri 1 Karangreja merupakan SMA Negeri yang secara lokasi tertinggi di Kabupaten Purbalingga, bertempat di perbatasan antara ujung kota / batas kota Purbalingga dengan tetangga kota yakni Kabupaten Pemalang. Stakeholder kami tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar dalam kota saja, juga banyak dari kawasan kota tetangga yakni Pemalang tersebar dari beberapa desa seperti Belik, Beluk dan sekitarnya.
Sebelum sistem zonasi diterapkan, sekolah kami biasanya mendapatkan input “sisaan” dari sekolah-sekolah yang difavoritkan atau bahkan siswa-siswa yang di sekolah sebelumnya memiliki riwayat pendidikan yang tidak mampu dibenahi, sehingga kami terima dan kami didik hingga masa pendidikannya usai.
Pengalaman di Saat Pandemi Covid
Pandemi Covid memaksa kami untuk beralih dengan metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), awalnya pembelajaran hanya menggunakan aplikasi Whatsapp Grup kelas, sehingga setiap guru mapel memiliki beberapa grup kelas sesuai dengan jumlah kelas yang diampunya, untuk saya sendiri kala itu memiliki 10 grup WA diantaranya 4 kelas XI Mipa, 4 Kelas X IPS, 1 grup kelas dan 1 grup wali murid yang saya ampu sebagai komunikasi antara wali kelas dengan wali murid.
Di grup tersebut biasanya kami berdiskusi, guru memberikan garis besar materi yang akan diberikan kemudian para siswa mencari melalui internet materi-materi yang akan disampaikan, namun respondennya sangat sedikit.
Berkembangnya waktu, pihak sekolah mengeluarkan kebijakan untuk membuat channel di aplikasi telegram, karena aplikasi tersebut tidak seberat WA. Selain menggunakan WA, guru mapel juga menggunakan aplikasi telegram yang disinkronkan dengan penggunaan google form. Kemudian beberapa waktu yang lalu, provinsi memiliki program untuk penggunaan Microsoft 365.
Sebanyak 15 orang tiap sekolah dikirim untuk mengikuti training pembelajaran menggunakan Microsoft 365, dimana dalam aplikasi tersebut ada berbagai aplikasi lain yang menunjang system pembelajaran menarik tetapi tidak asik. Mengapa tidak asik? Karena aplikasi tersebut berat bagi peralatan yang usianya cukup lama.
Teruntuk pengalaman saya sendiri, penggunaan media sudah dimaksimalkan, ada WA, telegram, mencoba meeting menggunakan zoom (dari 120an peserta yang join hanya kisaran 40anak) dan terakhir menggunakan Microsoft form, namun lagi-lagi responden tidak bisa maksimal. Alasan paling banyak adalah kuota, sinyal (karena memang daerah pegunungan), mati lampu (jika mati lampu maka sinyal hilang total),dan beberapa siswa tidak punya HP.
Pembelajaran PJJ menggunakan daring tantangannya begitu banyak, selain waktu bekerja yang bertambah tinggi, karena menunggu siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugas yang tidak sesuai dateline karena hanya segelintir siswa saja yang ketika jam PJJ bisa online bersamaan dengan guru mapel nya.
Penulis mengajar pada unit kerja di SMA Negeri 1 Karangreja-Purbalingga Jawa Tengah
0 Response to "Adaptasi Media Pembelajaran Baru di SMA Negeri Karangreja, Purbalingga"
Posting Komentar