Siswa Dayeuhluhur Belajar Pengetahuan Lokal Masyarakat Kampung Kuta
www.mgmpsosiologijateng.com - SMA NEGERI 1 DAYEUHLUHUR, Guru Sosiologi SMA Provinsi Jawa Tengah terbukti selalu kreatif dan inovatif dalam melangsungkan proses pembelajarannya. Adalah Andi Supriyadi, Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Dayeuhluhur, berhasil memformat pembelajaran sosiologi yang menyenangkan. Mungkin barangkali inilah konsep GSM (Gerakan Sekolah Menyenangkan) yang ideal, bukan gsm gsman.
Belajar sosiologi ibarat belajar menjadi calon Ilmuan, Ahli, Jurnalis, Peneliti, Traveller, hingga wisatawan. Tema pembelajarannya tidak lekang oleh waktu. Semua materinya menarik. Apalagi diformat seperti halnya yang dilakukan oleh pelajar kelas XII jurusan IPS SMA Jawa Tengah ujung bagian barat yang berasa Sunda ini.
- Paket Batik
- Paket Aswatama
- Paket Banowati
- Paket Yudistira (ready sejak 12/02/2020)
- Paket Bima
- Paket Kresna
- Paket Srikandi (ready sejak 13 Feb 2020 pukul .7:17 wib)
- Paket Kunti
- Paket Wisnu
- Paket Gatotkaca
- Paket Semar
- Paket Seragam Siswa
Video Siswa Tidak Kalah Keren
Sejenak marilah kita sedikit membedah video pembelajaran karya siswa tersebut, hal menarik yang dapat kita temukan adalah tentang bagaimana para siswa melakukan pembelajaran kontekstual. Mereka telah menggunakan teknik pengumpulan sumber belajar dengan pengamatan dan wawancara, namun tetap sopan degan tidak memaksa penikmat untuk menggurui. Jika ada pertanyaan apakah pembelajaran sosiologi itu ilmiah dan metodologis, ini terjawab sudah semuanya.
Dengan (tidak) sadar siswa telah diantarkan gurunya untuk menggunakan model pembelajaran etnovideografi. Para siswa dengan apik menyuguhkan hasil pengamatan dengan narasi visual yang natural.
Pada opening video, terdapat deretan sepeda motor yang dinaikki siswa ber-plat R. Sekejap penikmat video langsung diajak bicara secara visual bahwa mereka adalah siswa dari eks Karesidenan Banyumas. Apakah lokasi pembelajarannya di Banyumas, atau di Purbalingga, ataukah di Cilacap?
Ternyata bukan. Setelah video melaju kencang ke dalam, plat R itu menuju Kampung Adat Kuta yang masuk dalam eks Karesidenan Parahyangan Timur / Priangan Timur, tepatnya di Kabupaten Ciamis. Berhenti disini dulu, penikmat video semakin bingung. Bagaimana mungkin SMA Jawa Tengah siswanya dari Ciamis?
Ternyata betul, bahwa video karya siswa ini mencoba untuk menyampaikan kabar bahwa sekolah mereka adalah masuk dalam kawasan Jawa Tengah namun sosial budayanya Sunda, yaitu berjarak hanya sekitar 14,8 km dengan kawasan sejarah Kerajaan Galuh, dimana sekarang menjadi Kampung Adat Kuta. Inilah SMA perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat, SMA pemersatu, SMA Indonesia. Pertanyannya kemudian, kok bisa Andi Supriyadi mengajar di SMA perbatasan? Berapa kemudian TPP-nya? Ah ... kok jadi kemana-mana, mari kita fokus lagi ke video karya siswa.
Lagi-lagi belajar sosiologi itu menarik. Perjalanan para siswa semakin asyik dengan hamparan deskripsi pengamatan yang memukau. Saat menuju kampung adat, terlihat jalanan dan deretan kampung adat yang atapnya terbuat dari ijuk. Tentu saja penikmat langsung dibawa dengan suasana hutan. Apakah disana ada hutannya, apakah hutan adat, ataukah jenis hutan lainnya?
Tampak jelas diversitas tanaman di sekitar rumah kampung adat. Sarana teknologi transportasi dan informasi juga tampak jelas keberadaannya. Ada semacam paparan sistem mata pencaharian yang ingin disuguhkan bersamaan dengan tata arsitektur rumah.
Tampak menyenangkan banget. Sesekali video dibuat tampilan slow motion. Mereka tampak senang seakan mereka ingin mengajak kita untuk datang ke kampung adat kemudian.
Wawancara Menjadi Teknik Andalan Belajar Kearifan Lokal
Dokumentasi wawancara pun segera dimulai. Mereka berkelompok sedang duduk melingkar dengan informan. Mereka memulai wawancara. Hanya saja dalam tayangan dokumenter ini belum disertakan transkrip wawancara. Interviewer menggunakan bahasa lokal saat mewawancari informan yang mengenakan ikat kepala batik sogan bermotif alam seakan menjadi indentitas sosial yang ramah lingkungan. Sesekali proses wawancara mereka juga mengenakan bahasa Indonesia yang cukup membantu bagi penikmat etnovideografi yang Indonesianis.
Apa yang mereka dapatkan? Apakah ada muatan kearifan lokal? Atau pengetahuan lokal baru? Jika iya, apa isi dari semua itu?
Hal menarik yang penikmat video dokumenter dapatkan adalah pada saat para siswa menanyakan arsitektur rumah panggung. Mereka benar-benar belajar tentang pengetahuan lokal bagaimana ilmu masyarakat lokal tentang arsitektur rumah. Selain karena aman ketika terjadi bencana alam, arsitektur rumah panggung masyarakat Adat Kuta adalah norma sosial masa lalu yang hari ini masih hidup. Rumah panggung mereka adalah amanah dari leluhur yang sangat melarang mendirikan rumah rawan bencana. Para siswa semakin mendalam untuk mengupas dan mengeksplor bagaimana pengetahuan lokal masyarakat peninggalan Kerajaan Galuh ini. Mereka berhasil mengumpulkan data tentang hebatnya benteng sosial budaya mereka hal menyikapi perubahan sosial dan bagaimana hidup dengan aman. Ternyata masyarakat Adat Kuta sangat memegang teguh kecintaan cinta terhadap sosial budaya dan alam.
"Kita mengolah alam dengan adaptasi dengan keadaan alam, tidak boleh membuat rumah di tebing," ungkap informan dalam video. Dalam video tersebut juga memuat tentang etnobotani. Tentang bagaimana lahan digunakan, juga terulas dalam video siswa tersebut. Setiap kebun dan sawah, dan setiap petak tanah selalu beragam tanaman. Tanaman kebun seperti kelapa, kopi, dab buah-buahan
telah menjadi model tumpangsari, juga dipaparkan apik dalam wawancara.
Dalam video tersebut juga memuat tentang pengetahuan masyarakat Adat Kuta tentang sumber mata air. Menurut Informan tanpa teks ini, masyarakat adat Kuta norma air dimana setiap warga masyarakat tidak diperbolehkan menggali tanah untuk membuat sumur dalam. "Tidak boleh menggali tanah, harus sumber mata air di kasih saluran agar tidak kering, ada penampungan jadi tidak kering," papar Informan dalam video. Tentu saja kabar kearifan lokal ini menjadi menarik disaat masyarakat berlomba mengebor sumur dalam.
Tentu saja norma adat tersebut tidak menjadi hal yang wajar ketika tidak didukung dengan kearifan lingkugan setempat. Ternyata di kampung Adat Kuta di memangku hutan keramat. Di hutan keramat inilah telah memfungsikan diri menjadi penyangga air berlimpah.
Berdasar informasi wawancara dalam video tersebut, setiap anggota masyarakat pantang menggagu pribadi masing-masing jika jiwanya tidak ingin diganggu. Terkesan mistis mendengar kabar ini. Apalagi mendengar kabar etika masuk hutan keramat di kawah suci ini.
"Tindakan itu untuk manfaatnya, manfaat hutan keramat, hanya Senin dan Selasa apalagi Jumat, ada pantangannya, saat datang bulan tidak boleh masuk, meludah, kencing, mengenakan perhiasan, dan menggunakan pakaian satu warna, pernah ada kejadian, masuk hutan pakai perhiasan, langsung hilang, ada yag mengalami seperti itu," cerita Informan dalam video.
Berdasar informasi dalam video karya siswa tersebut, tampaknya guru Sosiologi semakin penting dalam tataran metodologi pembelajaran kekinian. Menyoal tentang konsep pembelajaran yang saintis, yang berbau GSM, hingga aroma Merdeka Belajar, cukup kental dalam pembelejaran Sosiologi. Lebih-lebih pembelajaran yang berbau milenial dalam menyonsong kesiapakan generasi muda untuk siap dalam hidup di alam industri 4.0. Terbukti pembelajaran sosiologi lebih kuat dalam metodologisnya, sumber bembelajarannya yang terbarukan, dan selalu memanusiakan manusia. Tentu saja ketika ada yang bilang bahwa mapel sosiologi itu keren, jelas saja itu sejak dari dulu memang demikian. Hanya saja Guru Sosiologi kerap tidak mendapatkan panggung inovasi pembelajaran.
Terlepas dari segala keunikan dari video karya siswa tersebut, ada beberapa hal yang perlu didiskusikan ulang. Bagian akhir dalam video tampaknya belum disajikan secara apik. Data sekunder dalam bentuk sertifikat penghargaan masih dominan. Padahal jika hendak disempurkan, skenario video dapat ditambahkan dengan produk ekonomi kreatif yang tidak hanya dalam bentuk minitur dan display produk saja. Para Guru Sosiologi dan Siswa-Siswi hendaknya lebih berani dalam mengumpulkan data primer dilapangan yang kemudian dilanjutkan tahap konfirmasi materi hingga temuan yang menyenangkan.
Kepada para Guru Sosiologi se Jawa Tengah, mari kita semangat selalu dalam proses mendampingi anak didik kita. Seperti halnya yang dilakukan Andi Supriyadi, Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Dayeuhluhur yang telah mengenalkan anak didiknya untuk belajar tentang kearifan lokal masyarakat Adat Kuta di Ciamis.
Mari kita toleren dengan karifan model pembelajaran pada semua mapel. Tentu saja setiap mapel memiliki katakteristik model masing-masing. Kami Guru Sosiologi punya sikap, cukup sudah jangan penjarakan anak didik kita di jeruji kepatuhan. Mari ajak anak didik kita mengenal masyarakat sekitar. Jangan jauhkan generasi penerus dengan society.
Salam Merdeka Belajar
Penulis: Luluk Wulandari (Ketua MGMP Sosiologi Provinsi Jawa Tengah)
Penyelaras: Suhadi
Channel Youtube: Andi Supriyadi
Terima kasih atas perhatian dari rekan-rekan pengurus MGMP SOSIOLOGI Jawa Tengah yang telah meluangkan waktunya untuk mengeksplorasi hasil pengamatan siswa SMA N 1 Dayeuhluhur,mudah-mudahan informasi ini dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi yang membaca. Haturnuhun ka samudayana salam ti urang Dayeuhluhur.
BalasHapusTerimakasih Pak Andi atas sumbangan ilmunya, semoga menjadi amal jariyah. Dan tetap semangat mengajak penelitian siswanya ya. Ditunggu kontribusi hasil karya berikutnya. Salam Literasi. By Bu Luluk (Guru Pekalongan)
BalasHapus