FGD Sekolah Etnografi - Dieng Wonosobo
www.mgmpsosiologijateng.com - Berikut merupakan data primer dalam bentuk rekaman audio pada saat FGD Sekolah Etnografi . Dieng Wetan, pada tanggal 11 Juli 2019, pukul 20.00 s.d selesai. Dalam artikel ini juga disertakan ulasan singkat proses FGD berlangsung oleh Siti Chusnia.
FGD dengan Kepala Desa dan tokoh local. Bakda Isya.
Sekitar jam 19.30, semua peserta dan tim dosen menuju kantor kepala desa Dieng Wetan untuk melakukan FGD dengan kepala desa, tokoh budaya, pelaku pertanian, kamu muda, dan kaum perempuan setempat. Untuk menuju kesana, kami dipandu seorang mahasiswa yang membantu timdosen dalam pelaksanaan sekolah etnografi ini. Udara sangat dingin, panitia menawarkan masker sekali pakai untuk menghalau dingin yang menyerang wajah kami.Saya mengambil satu. Teman-teman yang lain sudah membawa sendiri berbagai masker dengan aneka motif. Semuanya memakai jaket gunung.Ada yang sampai memakai sarung tangan pula.Saya hanya menyembunyikan tangan saya di saku jaket saya yang bukan jaket gunung.Tapi cukup lah, untuk menepis sedikit udara dingin Dieng. Kami berjalan menyusuri gang dengan rumah yang saling berhimpitan seperti rumah padat penduduk di perkotaan.Mayoritas rumahnya bertingkat.Banyak rumah yang dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk dijadikan sebagai homestay.Warga lokal mengambil peluang banyaknya wisatawan domestik dan non domestik yang menghabiskan liburan di Dieng, mengingat banyak potensi pariwisata yang penuh dengan daya tarik alam dan budaya.
Kami diperislakan naik ke lanatai 2 kantor kepala desa. Awalnya, kami duduk di sofa dan kursi yang sudah disediakan di sana. Pak ali, kepala desa DIeng Wetan, datang paling awal. Disusul dengan tokoh setekpat lain yang datang saat FGD tengah berlangsung. FGD di buka oleh pak Bayu, anggota tim dosen dari Unnes. Setelah pak Bayu cukup memberikan introduction, pak Ali disilakan untuk mulai sharing dengan kami. Pak Ali bukan asli warga DIeng Wetan.Beliau ini asli Pemalang, dapat istri orang Dieng. Pak Ali mohon maaf karena bleum bisa mendatangkan tokoh budaya DIeng Wetan karena memang beliu-beliau yang seharusnya hadir sedang ada kegiatan lain. Beberapa poin yang masih saya ingat. Pertama, pak Ali menjelaskan makan penamaan Dieng.Itu semacam akronim dua kata, yaitu adhi yang artinya bagus dan aeng yang artinya unik.Begitu terang pak Ali.Bagus pemandangannya, unik tradisi dan masyarakatnya.
Lalu pak ali menjelaskan kondisi umum masyarakatnya. Mayoritas profesi adalah di dunia pertanian dan pariwisata.Mereka bertani kentang, wortel, kubis (kol), daun bawang, dan carica (buah endemic Dieng yang pohon dan buahnya seperti pohon papaya, namun ukuran buahnya lebih kecil dibanding papaya).Kentang termasuk komoditas yang agak baru dibbanding jenis pertanian lainnya di Dieng. Ada petani yang mengubah lahan pertaniannya menjadi terasering, dan ada yang dibiarkan saja,.Menurut, pa kali, sebenarnya untuk ketahanan lahan, lebih bagus jika dibuat terasering.Yang sedang banyak dibicarakan orang adalah suhu dingin Dieng yang mencapai minus 6 memberikan dampak terhadap pertanian.Ada namanya bun upas.Itu adalah salju atau air es yang membeku yang menempel pada daun dan tanaman pertanian.Akibatnya, petani gagal panen karena buah dan tanamannya busuk.Dalam bertani, mereka menggunakan pupuk kimia.Pernah dicoba menggunakan pupuk kompos, namun hasilnya tidak sebaik pupuk kimia.Penggunaan pupuk kimia ini ternyata menimbulkan dampak yang laur biasa terhadap sehatnya air, sumber kehidupan masyarakat. Pak ali menyampaikan, air tanah di Dieng sudah terlalu banyak terkontaminasi pupuk kimia, sehingga mengkhawatirkan kesehatan jika airnya dikonsumsi. Ini berdasarkan penelitian, saya lupa pa kali mengatakan penelitannya siapa.Selain pertanian, banyak juga home industry pengolahan buah carica menjadi manisan yang menjadi ikon Dieng.Bisa dibilang manisan carica adalah oleh-oleh khas Dieng. Itu tentang pertanian. Selanjutnya tentang pariwisata.Ada beberapa daya tarik pariwisata Dieng.Ada wisata alam seperti kawah sikunir, dan berbagai penampakan alam lainnya.Ada budaya wisata budaya.Tiga tahun terakhir ada Dieng Culture Festival.Perhelatan budaya yang bisa dibilang cukup besar dan berlangusng tiga hari, kalau saya tidak salah ingat. Dieng dan potensi wisata alamnya yang sangat mengundang para pelancong untuk berkunjung memberikan dampak positif dan negatif bagi lingkungan alam dan sosial Dieng. Pertama, dampak positif.Pendapatan masyarakat selain berasal dari sector pertanian, juga bersumber dari sector pariwisata.Banyak warga yang menjadikan rumahnya menjadi homestay.Warung makan dan homestay berderetan di sepanjang jalan baik di tepi kanan maupun kiri.Bahkan, banyak homestay yang harus dijangkau dengan jalan kaki karena masuk gang kecil. Seperti homestay tim kami. Ya, meskipun ndak jalan jauh juga.Selain dari homestay, ada pula dari sector kuliner alias warung makan, baik warung tenda maupun warung besar.
Penulis: Siti Chusnia
Penyelaras: Admin MGMP Sosiologi Jateng
0 Response to "FGD Sekolah Etnografi - Dieng Wonosobo "
Posting Komentar